seiring zaman kopi sudah tidak lagi sebagai kebutuhan sesaat atau sekunder. Tapi sudah menjadi kebutuhan premier bagi sebagian orang. Ada sebagian mengatakan kalau ga ngopi maka terasa hambar hari ini..
Begitu juga dgn perlahan kopi sdh dicintai kalangan muda. Dengan kelihaian para Barista dunia maka terciptalah kopi nikmat dengan cara perpaduan beberapa aneka rasa. Ciptaan baru para Barista terasa lebih smooth, ringan, sweet dan nikmat, perpaduannya seperti mix kopi dan coklat atau vanila dll. Agar enak didengar dan trandy Barista menyebutnya Cappucino., Moccacino, Espresso, trand terbaru dengan menambahkan latte dibelakangnya.. seperti moccacino latte, cappucino latte, vanila latte.
Dan yang terbaru adalah kopi blend.
Bukannya latah, tapi karena hoby sebagai pecinta kopi maka kopiTan ikut dalam kreasi blend coffee.
disini kami membuat beberapa racikan, siapa tahu bisa mendunia juga hehehe.. namanya juga cita" dan harapan.
Blend andalan kopiTan sbb:
capputaro.
Capputea.
moccataro.
velvetina.
velvet Revolver.
strawbuck.
berrycuda.
FreedomBlend.
Sweetmercy.
slim menthol.
KopiTan
Kopi dataran tinggi gayo Sumatra Indonesia
Selasa, 17 Mei 2016
Jumat, 25 Desember 2015
Kopitan inplementasi kopi original Otentic yg merupakan varietas kopi
arabika yg menjadi salah satu komoditi unggulan yg berasal dari Coffee dataran tinggi
Gayo, Sumatra Indonesia, Kopi dataran tinggi Gayo telah menerima
sertifikat IG (indikasi geografis) diserahkan Menteri Hukum dan Ham Indonesia,
KopiTan kami kemas dalam bentuk Ground coffee (bubuk),
Diolah dari biji kopi pilihan kemudian di roasting secara tradisional sehingga
masih original authentic. Dan setelah itu dikemas dengan aluminium foil supaya
terjaga kwalitasnya.
Kopi Tan kami promosikan dalam 3 kemasan produk non luwak,
yaitu: Arabika, Longberry, Peaberry
Latar belakang
Perkebunan
kopi yang telah berkembang sejak 1908 ini tumbuh subur di kawasan Aceh tengah
hingga Takengon, berada di ketinggian 1200 m diatas permukaan laut merupakan
salah satu perkebunan kopi terluas di Indonesia, Produksi kopi yg
dihasilkan dari tanah gayo merupakan terbesar di Asia.
Kehadiran kekuasaaan Belanda di
tanah Gayo tahun 1904 ikut andil dalam perkembangan kopi di Gayo dijadikan
onder afdeeling norkdkus Atjeh , sehinnga membuka penghidupan baru berupa
perkebunan kopi bagi masyarakat Gayo.
Cita rasa
Kopi
dari dataran tinggi gayo telah dikenal dunia karena memiliki citarasa yang
khas, dengan ciri utama aroma perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat.
International conference on coffe sicience, Bali oktober 2010 menominasikan
kopi dataran tinggi Gayo sebagai the best no.1 dibandingkan kopi arabika yang
berasal dari daerah lain.
Pasar international
Kopi
gayo terkenal didunia karena memiliki aroma khas dan jika dicupping mewakili
cita rasa kopi diseluruh dunia. Meski terjadi krisis di Eropa tidak mengurangi
permintaan kopi gayo di pasar dunia, kopi daerah gayo merupakan kopi termahal
dunia terbukti saat diselenggarakan pameran SCAA (Specialty coffe association
of America di Portland, Oregon convention ceter, Amerika Serikat, Daerah tujuan
terbesar ekspor kopi asal tanah tinggi gayo meliputi Amerika serikat dan Eropa.
2.
Daftar Harga Kopi Tan
Adapun daftar Harga yang kami tawarkan sebagai berikut;
Adapun daftar Harga yang kami tawarkan sebagai berikut;
-
1 kg =
Rp.230.000,-
-
1/2kg = Rp. 120.000,-
-
1/4kg = Rp. 60.000,-
-
1 kg = Rp.
310.000,-
-
1/2kg = Rp. 160.000,-.
-
1/4kg = Rp. 80.000,-
-
1 kg = Rp.
350.000,-
-
1/2kg = Rp. 180.000,-
-
1/4kg = Rp. 90.000,-
Kamis, 24 Desember 2015
Kopitan inplementasi kopi original Otentic yg merupakan varietas kopi
arabika yg menjadi salah satu komoditi unggulan yg berasal dari Coffee dataran tinggi
Gayo, Sumatra Indonesia, Kopi dataran tinggi Gayo telah menerima
sertifikat IG (indikasi geografis) diserahkan Menteri Hukum dan Ham Indonesia,
KopiTan kami kemas dalam bentuk Ground coffee (bubuk),
Diolah dari biji kopi pilihan kemudian di roasting secara tradisional sehingga
masih original authentic. Dan setelah itu dikemas dengan aluminium foil supaya
terjaga kwalitasnya.
Latar belakang
Perkebunan
kopi yang telah berkembang sejak 1908 ini tumbuh subur di kawasan Aceh tengah
hingga Takengon, berada di ketinggian 1200 m diatas permukaan laut merupakan
salah satu perkebunan kopi terluas di Indonesia, Produksi kopi yg
dihasilkan dari tanah gayo merupakan terbesar di Asia.
Kehadiran kekuasaaan Belanda di
tanah Gayo tahun 1904 ikut andil dalam perkembangan kopi di Gayo dijadikan
onder afdeeling norkdkus Atjeh , sehinnga membuka penghidupan baru berupa
perkebunan kopi bagi masyarakat Gayo.
Cita rasa
Kopi
dari dataran tinggi gayo telah dikenal dunia karena memiliki citarasa yang
khas, dengan ciri utama aroma perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat.
International conference on coffe sicience, Bali oktober 2010 menominasikan
kopi dataran tinggi Gayo sebagai the best no.1 dibandingkan kopi arabika yang
berasal dari daerah lain.
Pasar international
Kopi
gayo terkenal didunia karena memiliki aroma khas dan jika dicupping mewakili
cita rasa kopi diseluruh dunia. Meski terjadi krisis di Eropa tidak mengurangi
permintaan kopi gayo di pasar dunia, kopi daerah gayo merupakan kopi termahal
dunia terbukti saat diselenggarakan pameran SCAA (Specialty coffe association
of America di Portland, Oregon convention ceter, Amerika Serikat, Daerah tujuan
terbesar ekspor kopi asal tanah tinggi gayo meliputi Amerika serikat dan Eropa.
2.
Daftar Harga Kopi Tan
Adapun daftar Harga yang kami tawarkan sebagai berikut;
Adapun daftar Harga yang kami tawarkan sebagai berikut;
-
1 kg =
Rp.230.000,-
-
1/2kg = Rp. 120.000,-
-
1/4kg = Rp. 60.000,-
-
1 kg = Rp.
310.000,-
-
1/2kg = Rp. 160.000,-.
-
1/4kg = Rp. 80.000,-
-
1 kg = Rp.
350.000,-
-
1/2kg = Rp. 180.000,-
-
1/4kg = Rp. 90.000,-
Rabu, 23 Desember 2015
luwak
Kopi luwak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Salah satu produk kopi luwak
Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
Sejarah
Asal mula Kopi Luwak terkait erat
dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18,
Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan
Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman.
Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang
pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan
tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian
pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar
memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan
biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini
kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air
panas, maka terciptalah kopi luwak.[1] Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik
ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi
ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses
pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak
zaman kolonial.
Gambar Kopi luwak asli
Luwak, atau lengkapnya musang luwak,
senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi
sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih
buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya,
biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar
bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan
yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna.
Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para
petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah
difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa
kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan
penikmat kopi di seluruh dunia.
Kopi Luwak yang diberikan oleh
Presiden Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di
awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan
terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy. [2]
Daerah
penghasil
- Gayo, Aceh
- Sidikalang
- Desa Janji Maria, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, 40 kilometer dari Laguboti.[3]
- Kota Pagaralam
- Semende, Kabupaten Muara Enim
- Liwa, Kabupaten Lampung Barat
- Kotabumi, Lampung[4]
- Jawa Barat
- Jawa Timur
Kontroversi
Luwak dalam sangkar
Suatu investigasi di Takengon, Aceh
oleh PETA
yang bekerja sama dengan BBC mengungkapkan tentang sebuah penangkaran yang
berisi luwak yang ditangkap dari alam, dimasukkan ke dalam kandang kecil, dan
hanya diberi makan biji kopi setiap harinya hanya untuk diambil kotorannya yang
kemudian di. Tak hanya itu, luwak-luwak itu juga menjadi berperilaku tidak normal
seperti terus bergerak mondar-mandir, berputar-putar, dan menggigit kerangkeng.[5]
Gerakan untuk memboikot kopi luwak
pun bermunculan.[6] Bantahan mengenai hal tersebutpun
bermunculan terutama dari kalangan produsen kopi luwak.[7]
Suku Gayo
Suku Gayo atau
"urang gayo" adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi
Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah, Populasinya berjumlah kurang
lebih 600.000 jiwa. Orang Gayo secara mayoritas terdapat di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah (sekitar 30 - 45%) dan Gayo Lues (sekitar 50 - 70%) dan sebagian wilayah
Aceh Tenggara dan 3 Kecamatan di Aceh Timur yaitu
Serbejadi, Peunaron, dan Simpang Jernih. Suku Gayo beragama Islam
dan mereka dikenal taat dalam agamanya dan mereka menggunakan Bahasa Gayo dalam percakapan sehari-hari mereka.
Bahasa
Bahasa Gayo adalah bahasa yang dipakai sebagai
bahasa sehari-hari oleh masyarakat Suku Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Bahasa
Gayo ini mempunyai keterkaitan dengan bahasa Suku Batak Karo di Sumatera Utara. Bahasa Gayo digunakan dan
terkonsentrasi di Kabupaten Aceh Tengah,
Bener Meriah, Gayo Lues, sebagian wilayah Aceh Tenggara, dan Kecamatan Serba Jadi di Kabupaten Aceh Timur.
Ketiga daerah ini merupakan wilayah inti Suku Gayo. Bahasa ini termasuk
kelompok bahasa yang disebut "Northwest Sumatra-Barrier Islands" dari
rumpun bahasa Austronesia. Pengaruh dari luar yaitu bahasa di luar Bahasa Gayo
turut mempengaruhi variasi dialek tersebut. Bahasa Gayo yang ada di Lokop,
sedikit berbeda dengan bahasa Gayo yang ada di Gayo Kalul, Gayo Lut, Linge dan
Gayo Lues. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa Aceh yang lebih
dominan di Aceh Timur. Begitu juga halnya dengan Gayo Kalul, di Aceh Tamiang,
sedikit banyak terdapat pengaruh Melayu karena lebih dekat ke Sumatera Utara.
Kemudian, Gayo Lues lebih dipengaruhi oleh bahasa Alas dan bahasa Karo karena
interaksi yang lebih banyak dengan kedua suku tersebut lebih-lebih komunitas
Gayo yang ada di kabupaten Aceh Tenggara. Dialek pada suku Gayo, menurut M.J.
Melalatoa, dialek Gayo Lut terdiri dari sub- dialek Gayo Lut dan Deret; sedangkan
Bukit dan Cik merupakan sub-subdialek. Demikian pula dengan dialek Gayo Lues
terdiri dari sub-dialek Gayo Lues dan Serbejadi. Sub-dialek Serbejadi sendiri
meliputi sub-sub dialek Serbejadi dan Lukup (1981:53). Sementara Baihaqi Ak.,
dkk menyebut jumlah dialek bahasa Gayo sesuai dengan persebaran suku Gayo tadi
(Gayo Lut, Deret, Gayo Lues, Lokop/Serbejadi dan Kalul). Namun demikian, dialek
Gayo Lues, Gayo Lut, Gayo Lukup/Serbejadi dan Gayo Deret dapat dikatakan sama
atau amat berdekatan. Di Gayo Lut sendiri terdapat dua dialek yang disana
dinamakan dialek Bukit dan Cik (1981:1). Dalam bahasa Gayo, (memanggil
seseorang) dengan panggilan yang berbeda, untuk menunjukan tata krama, sopan
santun dan rasa hormat. Pemakaian ko dan kam, yang keduanya berarti kamu (anda)
Panggilan ko biasa digunakan dari orang tua dan/atau lebih tua kepada yang
lebih muda. Kata kam sendiri lebih sopan dibandingkan dengan ko. Bahasa Gayo
Lut dinilai lebih sopan dan halus dibandingkan dengan bahasa Gayo lainnya.
Marga
Walaupun sebagian besar masyarakat
suku Gayo tidak mencantumkan nama marganya, tetapi sebagian kecil masih ada
yang menabalkan atau mencantumkan nama marga-marganya, terutama yang bermukim
di wilayah Bebesen.Sebenarnya marga itu hanya untuk mengetahui asal/Garis keturunan
Individu itu sendiri, makanya di suku gayo marga tidak terlalu di pentingkan
Berikut daftar marga-marga pada suku Gayo
- Ariga
- Cibero
- Linge
- Melala
- Munte
- Tebe
- Alga
Sejarah
Pada abad ke-11, Kerajaan Linge didirikan oleh orang-orang Gayo
pada era pemerintahan Sultan Makhdum Johan Berdaulat Mahmud Syah dari Kesultanan Perlak. Informasi ini diketahui dari
keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesen dan dari
Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa
sebagai raja di era kolonial Belanda.
Raja Linge I, disebutkan mempunyai 4
orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, yang
lain Sebayak Lingga (Ali Syah), Meurah Johan (Johan Syah) dan Meurah Lingga
(Malamsyah).
Sebayak Lingga kemudian merantau ke
tanah Karo dan membuka negeri di sana dia dikenal
dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke Aceh Besar dan mendirikan kerajaannya yang
bernama Lam Krak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamuri atau Kesultanan Lamuri. Ini berarti Kesultanan Lamuri
di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo,
yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke
daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan
Daya di Pasai. Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wih ni Rayang di
Lereng Keramil Paluh di daerah Linge, Aceh Tengah. Sampai sekarang masih terpelihara
dan dihormati oleh penduduk.
Penyebab migrasi tidak diketahui.
Akan tetapi menurut riwayat dikisahkan bahwa Raja Linge lebih menyayangi
bungsunya Meurah Mege. Sehingga membuat anak-anaknya yang lain lebih memilih
untuk mengembara.[2]
Dinasti
Lingga
- Adi Genali Raja Linge I di Gayo
- Raja Sebayak Lingga di Tanah Karo. Menjadi Raja Karo
- Raja Meurah Johan (pendiri Kesultanan Lamuri)
- Meurah Silu anak dari Meurah Sinabung (pendiri Kesultanan Samudera Pasai), dan
- Raja Linge II alias Marah Lingga di Gayo
- Raja Lingga III-XII di Gayo
- Raja Lingga XIII menjadi Amir al-Harb Kesultanan Aceh. Pada tahun 1533 terbentuklah Kerajaan Johor baru di Malaysia yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Mansyur Syah. Raja Lingga XIII diangkat menjadi kabinet di kerajaan baru tersebut. Keturunannya mendirikan Kesultanan Lingga di kepulauan Riau, pulau Lingga, yang kedaulatannya mencakup Riau (Indonesia), Temasek (Singapura) dan sedikit wilayah Malaysia.
Raja-raja di Sebayak Lingga Karo
tidak terdokumentasi. Pada era Belanda kembali diangkat raja-rajanya tapi hanya
dua era
- Raja Sendi Sibayak Lingga (pilihan Belanda)
- Raja Kalilong Sibayak Lingga
Rumah Adat Gayo Pitu Ruang
Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti
kecil yang disebut kampong. Setiap kampong dikepalai oleh seorang gecik.
Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim.
Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak
opat, terdiri dari reje (raja), petue (petua), imem
(imam), dan rayat (rakyat).
Pada masa sekarang beberapa buah
kemukiman merupakan bagian dari kecamatan, dengan unsur-unsur kepemimpinan
terdiri atas: gecik, wakil gecik, imem, dan cerdik pandai
yang mewakili rakyat.
Sebuah kampong biasanya dihuni oleh
beberapa kelompok belah (klan). Anggota-anggota suatu belah merasa
berasal dari satu nenek moyang, masih saling mengenal, dan mengembangkan hubungan
tetap dalam berbagai upacara adat. Garis keturunan ditarik
berdasarkan prinsip patrilineal. Sistem
perkawinan yang berlaku berdasarkan tradisi adalah eksogami belah,
dengan adat menetap sesudah nikah yang patrilokal
(juelen) atau matrilokal
(angkap).
Kelompok kekerabatan terkecil
disebut sara ine (keluarga inti). Kesatuan beberapa keluarga inti
disebut sara dapur. Pada masa lalu beberapa sara dapur tinggal
bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut sara umah. Beberapa
buah rumah panjang bergabung ke dalam satu belah (klan). Pada masa
sekarang banyak keluarga inti yang mendiami rumah sendiri. Pada masa lalu orang
Gayo terutama mengembangkan mata pencaharian bertani di sawah
dan beternak, dengan adat istiadat mata pencaharian yang rumit.
Selain itu ada penduduk yang
berkebun, menangkap ikan, dan meramu hasil hutan.
Mereka juga mengembangkan kerajinan membuat keramik, menganyam, dan menenun. Kini mata
pencaharian yang dominan adalah berkebun, terutama tanaman Kopi Gayo. Kerajinan membuat keramik dan anyaman
pernah terancam punah, namun dengan dijadikannya daerah ini sebagai salah satu
daerah tujuan wisata di Aceh, kerajinan keramik mulai dikembangkan lagi.
Kerajinan lain yang juga banyak mendapat perhatian adalah kerajinan membuat
sulaman kerawang dengan motif yang khas.
Seni
Budaya
Kubur tradisional orang Gayo
Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan
masyarakat Gayo adalah kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan
bahkan cenderung berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari Saman dan seni bertutur yang disebut Didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi,
bentuk-bentuk kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan,
sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial
masyarakat. Di samping itu ada pula bentuk kesenian seperti tari Bines, tari
Guel, tari Munalu, Sebuku /Pepongoten (seni meratap dalam bentuk prosa),
guru didong, dan melengkan (seni berpidato berdasarkan adat).
Dalam seluruh segi kehidupan, orang
Gayo memiliki dan membudayakan sejumlah nilai budaya sebagai acuan tingkah laku
untuk mencapai ketertiban, disiplin, kesetiakawanan, gotong royong, dan rajin (mutentu).
Pengalaman nilai budaya ini dipacu oleh suatu nilai yang disebut bersikemelen,
yaitu persaingan yang mewujudkan suatu nilai dasar mengenai harga diri (mukemel).
Nilai-nilai ini diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bidang
ekonomi, kesenian, kekerabatan, dan pendidikan. Sumber dari nilai-nilai
tersebut adalah agama Islam serta adat setempat yang dianut oleh seluruh
masyarakat Gayo.
Seni
dan Tarian
- Didong
- Didong Niet
- Tari Saman
- Tari Bines
- Tari Guel
- Tari Munalu
- Tari Sining
- Tari Turun ku Aih Aunen
- Tari Resam Berume
- Tuah Kukur
- Melengkan
- Dabus
Makanan
Khas
- Masam Jaeng
- Gutel
- Lepat
- Pulut Bekuah
- Cecah
- Pengat
- Gegaloh
Langganan:
Postingan (Atom)